Salah Kaprah Publik Indonesia Tentang PKS dan Peranannya dalam Politik Nasional

1. Tidak Konsisten dengan Sikap Oposisi

Salah satu kesalahan berpikir utama adalah menganggap bahwa bergabungnya PKS dengan pemerintahan Prabowo sama dengan PKS tidak konsisten dengan sikap oposisi yang selama dilakukan terhadap pemerintahan Jokowi.

Meski kemenangan Prabowo tidak lepas dari dukungan Jokowi, namun masing masing pemerintahan memiliki gaya kepemimpinan, karakter, dan jaringan internasional yang berbeda.

Perlu diingat, hubungan PKS dan Prabowo sudah terjalin sejak satu dekade lalu, sementara hubungan PKS dengan Jokowi terjadi pada tahun 2005 saat Pilkada Solo.

2. Tidak Mendukung Anies Berarti PKS Tidak Konsisten Sebagai Opisisi Pemerintahan Jokowi

Logika ini juga keliru. Memang benar Anies Baswedan adalah antitesa dari Jokowi, namun PKS bukanlah Anies, dan Anies bukan PKS. Dalam sejarahnya, PKS telah menunjukkan komitmen untuk mendukung figur yang berlawanan dengan Jokowi.

Keputusan PKS untuk tidak mendukung Anies saat ini lebih terkait dengan dinamika internal dan realpolitik, bukan karena PKS mendukung Jokowi.

3. Mendukung Bobby Nasution = Mendukung Dinasti

Dukungan PKS terhadap Bobby Nasution di Sumatera Utara tidak serta-merta berarti PKS mendukung politik dinasti. Sejarah menunjukkan bahwa PKS tidak pernah mendukung politik dinasti, baik di Depok maupun di Jawa Barat. Dukungan PKS terhadap Bobby lebih merupakan refleksi dari realitas politik lokal di Sumatera Utara, bukan dukungan terhadap dinasti Jokowi.

Laman: 1 2 3