Ia menyebut langkah PKS sebagai jalan baik untuk menghadapi Pemilu mendatang. Menurutnya, keterlibatan generasi muda dalam politik harus dibangun sejak awal, bukan hanya sebagai pelengkap daftar caleg.
Burhanuddin menekankan pentingnya pendekatan kampanye yang afektif dan relevan bagi pemilih muda.
“Yang muda harus bisa meyakinkan anak muda lainnya untuk memilih mereka, karena hanya anak muda yang memahami benar kebutuhan dan aspirasi generasinya. Jangan abaikan pentingnya pendekatan emosional dalam kampanye,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga koneksi dengan konstituen. Menurutnya, politisi muda tidak cukup hanya mengandalkan personal branding, tapi harus benar-benar dikenal dan disukai masyarakat.
“Kita tidak bisa hanya menjual personal branding. Ukurannya adalah apakah dikenal dan disukai. Caleg muda harus membangun koneksi yang kuat dengan masyarakat, berbicara dengan bahasa yang relevan, dan mengangkat isu-isu yang penting bagi pemilih muda, seperti korupsi, perubahan iklim, dan isu-isu yang ramai di media sosial,” tambahnya.
Lebih jauh, Burhanuddin mengajak politisi muda untuk “melakukan apa yang mereka bicarakan” dan konsisten menyuarakan aspirasi publik di ruang-ruang politik. Ia berharap politisi muda PKS bisa menjadi pembeda dalam dinamika politik saat ini.
“Saya berharap politisi muda PKS menjadi suluh penerang di tengah gulita politik elektoral kita,” pungkasnya.
Selain Burhanuddin, Studium Generale ini juga menghadirkan Peneliti Perludem Titi Anggraini dan Anggota DPR RI Fraksi PKS Muhammad Kholid. Kegiatan ini merupakan bagian dari ikhtiar PKS dalam memperkuat regenerasi kepemimpinan dan mencetak kader-kader muda yang siap tampil di panggung politik nasional.***