JIWA TIDAK MENUA DAN TIDAK PERNAH MENJADI TUA

Masing-masing memiliki kebutuhan tersendiri. Tubuh membutuhkan makanan dan minuman untuk tetap terjaga, sementara jiwa memerlukan pemeliharaan ruhani, seperti ibadah, kebijaksanaan, dan perilaku yang baik.

Tubuh sering kali mendapat perhatian lebih, bahkan sebagian orang berlebihan dalam merawat tubuhnya. Namun, sering kali mengabaikan jiwa yang sebenarnya LEBIH PENTING dan MEMBUTUHKAN PERHATIAN.

Jika jiwa terawat dengan baik, maka kebahagiaan, kecantikan, dan kebaikan akan tercermin dalam kehidupan. Dr. Mustafa Mahmud berkata:
“Janganlah kamu percaya bahwa kamu telah tua. Tubuhmu hanyalah wadah untuk jiwa. Jiwa tidak menua dan tidak menjadi tua, jiwa berasal dari dunia lain yang tidak seperti dunia kita, dan hanya Allah yang mengetahuinya.”

Hal ini ditegaskan Allah dalam QS. AL Isra’ 85 :
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا}
Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Memang, jiwa tidak memiliki sel-sel yang bisa menua, meskipun tubuh menua seiring waktu.

Karena itu, perasaan, kata-kata, dan cinta tidak mengenal usia. Cinta tidak terikat pada usia, tempat, atau waktu, karena cinta adalah inti dari jiwa yang hidup.
Kita sering kali lebih fokus pada tubuh, padahal tubuh bisa menua tanpa jiwa yang ikut menua, seperti pada kasus penuaan dini yang menyebabkan tubuh seseorang terlihat lebih tua daripada usianya.

Itulah sebabnya kita harus mulai memperhatikan dan merawat jiwa.
Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Mengurus hati dan sifat-sifatnya lebih penting daripada mengurus tubuh, karena amal perbuatan kita bergantung pada apa yang ada dalam hati, dan pahala amal tergantung pada niat yang ikhlas dan tulus.
Jadi, jangan biarkan jiwa terkurung dalam tubuh fisik saja, tetapi bebaskan jiwa untuk terbang di dunia penuh harapan dan optimisme.
Percayalah kepada Allah dalam setiap langkah yang kamu ambil, berikan cinta kepada semua orang, dan sebar kebaikan di mana pun kamu berada. Hidupkan jiwa dengan semangat yang penuh kasih sayang dan jauhi kekhawatiran tentang usia atau masalah duniawi karena itu bukanlah sifat dari jiwa.
Salah seorang bijak berkata:
“Saya lebih mencintai guru saya daripada orang tua saya.” Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: “Karena orang tua saya hanya merawat tubuh saya, memberi pakaian, makanan, dan minuman, sementara guru saya merawat jiwa saya. Tubuh akan binasa, tetapi jiwa tetap abadi.”
Sebagaimana dikatakan oleh penyair bijak Abu al-Fath al-Busti:
“Wahai pelayan tubuh, betapa kerasnya engkau bekerja untuk melayani tubuh, mencari keuntungan di tengah kerugian. Dekatkanlah dirimu kepada jiwa dan sempurnakanlah kebajikannya, karena kamu adalah manusia karena jiwa, bukan karena tubuh.”
Tidak ada ketenangan jiwa sesungguhnya bagi seorang mukmin selain dengan BERTEMU ALLAH SWT.
Ini tidak hanya terjadi setelah mati, tetapi bisa dicapai saat masih hidup di dunia melalui ilmu, dzikir, doa, shalat, sedekah, qiyamul lail, dan banyak amal lainnya yang mendekatkan kita kepada Allah.
Berapa banyak kesempatan untuk bertemu dengan Allah yang telah kita lewatkan?
{فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}
Barangsiapa yang berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan tidak menyekutukan Allah dalam ibadahnya. (QS. Al-Kahf: 110)

Laman: 1 2