Jadi misalkan kita berdoa meminta pekerjaan kepada Allah, “Ya Allah, berikanlah aku pekerjaan ini.” Jika kita berdoa dengan Ikhlas, doa itu akan diijabah.
Bisa saja, kita mendapat pekerjaan itu. Bisa jadi karena perusahaan tempat kita ingin bekerja akan bangkrut atau justru pekerjaan itu membawa mudharat, maka Allah tidak berikan kita pekerjaan tersebut, lalu Allah karuniakan kita pekerjaan yang lain.
Maka perbanyaklah doa. Allah Maha Kaya, sebanyak apapun kita berdoa, tidak akan mengurangi kekayaan Allah.
Kita perhatikan juga bagaimana adab Nabi Adam dan Iblis dalam berdoa. Adam berkata, رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri…” Sedangkan Iblis berkata, “أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ Berilah aku umur sampai Hari Kebangkitan.” Dalam intonasi, bahasa, dan adab, terlihat begitu berbeda.
Adam memulai dengan menyebut dengan nama Allah, “رَبَّنَا Ya Tuhan kami.” Maka kita pun sudah seharusnya mengawali doa dengan menyebut nama Allah, beserta nama-nama-Nya yang Indah, Asma’ul Husna. Nabi Adam kemudian melanjutkan, “ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا kami telah menzhalimi diri kami sendiri.” Setelah kita menyebut dan memuji Allah, kita mulai dengan mengakui semua keterbatasan kita sebagai makhluk-Nya.
Kemudian Adam melanjutkan dengan inti dari doanya, “تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا ampunilah kami dan berilah kami rahmat.” Inti dari doa adalah permintaan kepada Allah yang seharusnya kita sampaikan dengan Ikhlas penuh harapan untuk dikabulkan.
Kemudian kita lihat bagaimana Iblis berdoa, “أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ Berilah aku umur sampai Hari Kebangkitan.” Doanya begitu kasar, meminta kepada Allah seperti memberikan perintah. Tidak ada penyebutan nama Allah, tidak ada pengakuan bahwa dirinya serba terbatas, dan tidak ada kesopanan dalam meminta.
Penutup
Rasulullah ﷺ berkata,
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah Taʿala daripada doa.”
(Jāmiʿut Tirmiżi No. 3370)
Allah juga berfirman dalam Al-Qur’ān,
… اُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ …
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku ijabah bagimu”
(QS Gāfir, 40: 60)
Ayat ini merupakan perintah langsung kepada kita untuk berdoa, kemudian Allah sampaikan kepada kita bahwa Dia akan mengijabah doa itu.
Rasulullah ﷺ menekankan lagi dalam perkataannya,
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah otaknya ibadah.”
(Jāmiʿut Tirmiżi No. 3371)
Artinya, semua ibadah selain doa bermula dari doa karena doa mengilustrasikan secara sempurna hubungan antara hamba dan Tuhannya, antara penyembah dengan Zat yang Disembah, antara ʿabd dan Rabb. Ketika kita berdoa kepada Allah, kita mengakui bahwa Allah adalah Tuhan kita, bahwa Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, bahwa Allah adalah As-Samiʿul ʿAlim, Allah mendengar dan melihat kita, bahwa Allah adalah Ar-Raʿuf, Allah peduli pada hamba-Nya, Allah adalah Maha Perkasa, kita tidak akan berdoa meminta kepada zat yang lemah; kita mengakui bahwa Allah mencintai kita, kita mengakui bahwa Allah akan memberikan apa yang kita pinta. لا حول ولا قوة إلا بالله tidak ada kekuatan selain dari Allah. Semua ini diakui tanpa kita sadari ketika berdoa kepada Allah.
Itulah mengapa doa harus datang dari hati orang-orang yang beriman. Orang yang mengaku beriman kepada Allah haruslah selalu berdoa,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah, Ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah, Ya Allah, kami mohon pertolongan.
(QS Al-Fātiḥah, 1: 5)
Berdoalah kepada Allah, berdoalah sesering mungkin, berdoalah dengan penuh semangat, berdoalah siang dan malam, berdoalah untuk dunia, berdoalah untuk akhirat, berdoalah untuk diri sendiri, berdoalah untuk keluarga, berdoalah untuk umat Islam seluruh dunia. Semakin banyak kita berdoa, semakin besar cinta Allah untuk kita.
Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ. يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
“Sesungguhnya Tuhan kalian Tabaraka wa Taʿala adalah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu untuk membiarkan tangan hamba-Nya kosong ketika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya.”
(Sunan Abu Dāwud No. 1488)
Itulah Allah Tuhan, Rabb kita. Jadi ketika mempunyai Tuhan yang sedemikian, yang terus memberikan, apa yang mencegah kita untuk berdoa saat ini juga? Berdoalah meminta segala sesuatu. Ibu kita, Ummul Mu’minin ʿA’isyah raḍiyallahu ʿanha mengatakan bahwa jika tali sepatu atau pengikat sandal kita putus, maka berdoalah kepada Allah agar kita mendapatkan tali sepatu baru. Tidak ada hal yang kecil di mata Allah, apapun yang kita butuhkan, mintalah kepada Allah subahanahu wataʿala.
Terakhir, syarat paling penting dalam berdoa adalah ikhlas, khusyu’ datang dari hati, bukan hanya membaca atau menghapal tanpa paham maknanya. Meskipun doa dalam Bahasa Arab yang diajarkan dalam Al-Qur’ān dan disunnahkan oleh Nabi ﷺ adalah jauh lebih baik bila kita bisa memahaminya, tidak ada salahnya kita boleh berdoa dalam bahasa apapun yang kita bisa.
Semoga Allah menjadikan kita selalu berdoa kepada-Nya.***
Tags: Adam, Iblis, M. Tiza Nasution, PKS